Pengamen itu..
Kyaaaaaaaaa..........
Akhirnya
nulis lagi.
Setelah
sekian lama saya hiatus....
*cie sok
pake kata hiatus*
Sebenernya
tulisan ini terispirasi oleh pengamen di bus waktu perjalanan pulang dari
Surabaya ke Tulungagung.
Ya namanya
bus, kendaraan umum, pasti banyak banget pengamen.
Iseng2 deh
ngitungin penghasilannya pengamen. Hihi.
Subhanalloh. Hanya dengan berdiri menyanyi saja sudah segitu banyak mendapatkan upah.
Pengamen
dengan berbagai model dan karakter.
Ada pengamen
yang memang suaranya bagus, menyanyi dan main gitar dengan totalitas sehingga
bisa menghibur kejenuhan penumpang yang sudah duduk lama di bus. Ada yang main
harmonika, kendang, biola dengan kerennya. Ada juga pengamen ala kadarnya yang
bernyanyi dengan hanya memakai iringan "kicrikan" buatan sendiri dari
tutup botol yang dipaku sedemikian rupa sehingga menjadi alat musik. kreatif,
sederhana namun tetap menghibur karena suara nyanyiannya merdu.
Pengamen
yang membawa kotak berat tape recorder, saya menyebut mereka pengamen karaoke.
Tapi juga
banyak pengamen yang asal2an, asal nyanyi, asal nggenjreng, asal teriak, yah,
asal dapat duit dari penumpang. Benar2 tidak menghibur, malah bikin sebel.
Seneng itu
kalau ada pengamen yang nyanyi lagu2 bagus dan bermutu.
Males banget
kalau pengamennya nyanyi lagu yang liriknya jelek, g bermakna, dan g bermutu,
bahkan ada yang kata2nya jorok. Iuuhh.. Apa coba untungnya. Sama2 nyanyi, eh
mbokya nyanyi yang bagus.
Eh tapi,
sering lho dari pengamen2 itu saya ngerti lagu2 baru. Jarang nonton tv,
jarang dengerin radio membuat saya kudet lagu2 yang lagi hits. Hehehe.
Dulu, setahu
saya, cara pengamen minta uang ke penumpang menggunakan plastik bungkus permen
atau pewangi pakaian. Tapi sekarang yang seperti itu sudah jarang. Kebanyakan
mereka menyiapkan amplop dengan tulisan2 permohonan belas kasihan. Dari anak
kecil sampai orang tua. Untuk biaya makan, biaya hidup, biaya sekolah anak,
membantu orang tua, biaya melahirkan, dan biaya2 lain. Yang pernah
menjadi pertanyaan saya waktu itu adalah ketika ada seorang anak kecil mengamen
di jam sekolah, memberikan amplop dengan tulisan yang intinya memohon bantuan
untuk biaya sekolahnya. Lho, kalau memang untuk biaya sekolahnya, kenapa dia
malah mengamen di jam sekolah? Dia bolos sekolah atau tulisan dalam amplop itu
berbohong? Entahlah.
Ada juga seorang ibu yang sedang
hamil tua. perutnya sudah besar, mungkin usia kehamilannya sekitar 8-9 bulan. Namun jalannya masih sangat kuat, bahkan berdesak2an dalam bus untuk mengamen. Sungguh perjuangan yang luar biasa. Di amplop yang dia berikan bertuliskan
permohonan bantuan untuk biaya persalinan. Hmm.. Entah memang dia tidak pernah
mendengar program jampersal (pada saat itu masih ada jampersal) atau maksudnya
untuk biaya perawatan bayinya setelah persalinan. Atau hamilnya juga bohongan. Entahlah.
Musisi
jalanan. Begitu mereka memperkenalkan diri kepada penumpang sebelum bernyanyi.
Mungkin bisa
juga disebut artis jalanan. Pemain sinetron. Pemain sandiwara. Drama kehidupan.
*eh*
Dengan
peran2 yang mereka lakoni. Peran sebagai kakak beradik, ibu anak, anak
sekolahan, ibu hamil, duda, janda, yatim piatu, dll. Mungkin.
Menjadi pengamen itu pilihan atau
paksaan?
Ketika rasa
nyaman dengan pekerjaan sudah didapatkan, penghasilan yang lumayan tanpa harus
keluar banyak keringat dan tenaga, bahkan pekerjaan ini tidak memerlukan
ijasah, itulah yang membuat mereka enggan untuk mencari pekerjaan yang lebih
baik. Pekerjaan yang lebih membawa manfaat untuk orang lain. *pilihan*
Atau mungkin
ada juga yang ceritanya seperti di sinetron tv, bahwa ada seorang
"boss" yang menyuruh mereka, mengawasi mereka, dan meminta setoran
dari hasil mengamen mereka. Biasanya yang seperti ini adalah pengamen2 yang
masih anak2. Istilahnya apa ya.. Emm. Mungkin mereka ini bisa disebut korban
dari eksploitasi tenaga kerja di bawah umur. *paksaan*
Yaah, apapun
itu, pasti mereka memiliki alasan masing2 yang harus kita hargai.
Saya yakin,
kalau seseorang itu memiliki kemauan dan niat yang baik, insyaalloh pasti akan
dimudahkan jalannya.
Update Januari 2020
Alhamdulillah Alloh memberikan hidayah kepada saya mengenai sebuah hadis tentang musik, lebih tepatnya tentang alat musik. Disitu dikatakan bahwa ternyata alat musik itu haram.
Sebenarnya sudah lamaa sekali saya mendengar adanya hadis ini.. tapi memang saat itu Alloh belum memberikan hidayah untuk menerima dan saya lebih mendahulukan akal dan logika saya. Terlebih, banyak sekali di televisi ustadz, ustadzah, dan penceramah yang masih bermusik, berdakwah dengan musik. Bersholawat dengan musik.
Lalu ada yang mengatakan, "hei, haram bila musiknya menimbulkan kejelekan, melalaikan sehingga lupa sholat, tidak ada waktu untuk mengaji, dll."
Benarkah seperti itu??
Musik, bagaimanapun bentuknya, bagaimanapun kemasannya, tetaplah haram. Walau nyanyiannya berlirik bagus dan mengajak kepada kebaikan, walaupun bersholawat.
Musiknya yang haram. Bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh alat musik yang haram.
Lirik yang bagus dan mengajak kebaikan boleh dinyanyikan, namun, nyanyinya tidak usah dengan diiringi alat musik. Bersholawatlah, bersholawatlah, namun tidak perlu diiringi alat musik.
Ketika engkau mengetahui adanya sesuatu yang telah diharamkan oleh Alloh, lalu engkau dengan akal dan logikamu berusaha untuk mencari pembenaran agar hal tersebut menjadi halal, sanggupkah engkau mempertanggungjawabkannya kelak??
Sungguh tidak akan ada ruginya untuk kita bila tidak ada bunyi-bunyian yang ditimbulkan alat musik yang haram tersebut.. Tidak ada ruginya meninggalkan yang haram.
Kalaupun memang ternyata halal, kita meninggalkan sesuatu yang halal tidak berdosa, tapi bila ternyata memang benar haram, kita akan berdosa karena melakukan sesuatu yang diharamkan.
Ayo mulai ganti musik yang setiap hari didengarkan dengan murotal Al-Qur'an. Ganti dengan mendengarkan kajian-kajian sunnah. Insyaalloh kebiasaan baik akan membawa kebaikan untuk kita. Semoga Alloh selalu memberikan hidayahnya untuk kita semua.
Semoga Alloh menetapkan hati kita dalam iman dan islam. Aamiin.
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan sesuatu yang lebih baik.” (HR. Ahmad)
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” (Ar Raad : 11).
Update Januari 2020
Alhamdulillah Alloh memberikan hidayah kepada saya mengenai sebuah hadis tentang musik, lebih tepatnya tentang alat musik. Disitu dikatakan bahwa ternyata alat musik itu haram.
“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.” Jika dikatakan menghalalkan musik, berarti musik itu haram.
Hadits di atas dinilai shahih oleh banyak ulama, di antaranya adalah: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Istiqomah (1/294) dan Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan (1/259). Penilaian senada disampaikan An Nawawi, Ibnu Rajab Al Hambali, Ibnu Hajar dan Asy Syaukani –rahimahumullah-.
sumber: https://rumaysho.com/372-saatnya-meninggalkan-musik.htmlSebenarnya sudah lamaa sekali saya mendengar adanya hadis ini.. tapi memang saat itu Alloh belum memberikan hidayah untuk menerima dan saya lebih mendahulukan akal dan logika saya. Terlebih, banyak sekali di televisi ustadz, ustadzah, dan penceramah yang masih bermusik, berdakwah dengan musik. Bersholawat dengan musik.
Lalu ada yang mengatakan, "hei, haram bila musiknya menimbulkan kejelekan, melalaikan sehingga lupa sholat, tidak ada waktu untuk mengaji, dll."
Benarkah seperti itu??
Musik, bagaimanapun bentuknya, bagaimanapun kemasannya, tetaplah haram. Walau nyanyiannya berlirik bagus dan mengajak kepada kebaikan, walaupun bersholawat.
Musiknya yang haram. Bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh alat musik yang haram.
Lirik yang bagus dan mengajak kebaikan boleh dinyanyikan, namun, nyanyinya tidak usah dengan diiringi alat musik. Bersholawatlah, bersholawatlah, namun tidak perlu diiringi alat musik.
Ketika engkau mengetahui adanya sesuatu yang telah diharamkan oleh Alloh, lalu engkau dengan akal dan logikamu berusaha untuk mencari pembenaran agar hal tersebut menjadi halal, sanggupkah engkau mempertanggungjawabkannya kelak??
Sungguh tidak akan ada ruginya untuk kita bila tidak ada bunyi-bunyian yang ditimbulkan alat musik yang haram tersebut.. Tidak ada ruginya meninggalkan yang haram.
Kalaupun memang ternyata halal, kita meninggalkan sesuatu yang halal tidak berdosa, tapi bila ternyata memang benar haram, kita akan berdosa karena melakukan sesuatu yang diharamkan.
Ayo mulai ganti musik yang setiap hari didengarkan dengan murotal Al-Qur'an. Ganti dengan mendengarkan kajian-kajian sunnah. Insyaalloh kebiasaan baik akan membawa kebaikan untuk kita. Semoga Alloh selalu memberikan hidayahnya untuk kita semua.
Semoga Alloh menetapkan hati kita dalam iman dan islam. Aamiin.
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan sesuatu yang lebih baik.” (HR. Ahmad)
Komentar
Posting Komentar