Pengamen itu..


Kyaaaaaaaaa..........
Akhirnya nulis lagi.
Setelah sekian lama saya hiatus....
*cie sok pake kata hiatus*
Sebenernya tulisan ini terispirasi oleh pengamen di bus waktu perjalanan pulang dari Surabaya ke Tulungagung.
Ya namanya bus, kendaraan umum, pasti banyak banget pengamen.
Iseng2 deh ngitungin penghasilannya pengamen. Hihi.
Penghasilan pengamen itu minimal perharinya 100rb. Kalau sebulan jadi 3jt.
Subhanalloh. Hanya dengan berdiri menyanyi saja sudah segitu banyak mendapatkan upah.
Mengalahkan gaji bidan.

Pengamen dengan berbagai model dan karakter.
Ada pengamen yang memang suaranya bagus, menyanyi dan main gitar dengan totalitas sehingga bisa menghibur kejenuhan penumpang yang sudah duduk lama di bus. Ada yang main harmonika, kendang, biola dengan kerennya. Ada juga pengamen ala kadarnya yang bernyanyi dengan hanya memakai iringan "kicrikan" buatan sendiri dari tutup botol yang dipaku sedemikian rupa sehingga menjadi alat musik. kreatif, sederhana namun tetap menghibur karena suara nyanyiannya merdu.
Pengamen yang membawa kotak berat tape recorder, saya menyebut mereka pengamen karaoke.
Tapi juga banyak pengamen yang asal2an, asal nyanyi, asal nggenjreng, asal teriak, yah, asal dapat duit dari penumpang. Benar2 tidak menghibur, malah bikin sebel.

Seneng itu kalau ada pengamen yang nyanyi lagu2 bagus dan bermutu.
Males banget kalau pengamennya nyanyi lagu yang liriknya jelek, g bermakna, dan g bermutu, bahkan ada yang kata2nya jorok. Iuuhh.. Apa coba untungnya. Sama2 nyanyi, eh mbokya nyanyi yang bagus.
Eh tapi, sering lho dari pengamen2 itu saya ngerti lagu2 baru.  Jarang nonton tv, jarang dengerin radio membuat saya kudet lagu2 yang lagi hits. Hehehe.

Dulu, setahu saya, cara pengamen minta uang ke penumpang menggunakan plastik bungkus permen atau pewangi pakaian. Tapi sekarang yang seperti itu sudah jarang. Kebanyakan mereka menyiapkan amplop dengan tulisan2 permohonan belas kasihan. Dari anak kecil sampai orang tua. Untuk biaya makan, biaya hidup, biaya sekolah anak, membantu orang tua, biaya melahirkan, dan biaya2 lain. Yang pernah menjadi pertanyaan saya waktu itu adalah ketika ada seorang anak kecil mengamen di jam sekolah, memberikan amplop dengan tulisan yang intinya memohon bantuan untuk biaya sekolahnya. Lho, kalau memang untuk biaya sekolahnya, kenapa dia malah mengamen di jam sekolah? Dia bolos sekolah atau tulisan dalam amplop itu berbohong? Entahlah.
Ada juga seorang ibu yang sedang hamil tua. perutnya sudah besar, mungkin usia kehamilannya sekitar 8-9 bulan. Namun jalannya masih sangat kuat, bahkan berdesak2an dalam bus untuk mengamen. Sungguh perjuangan yang luar biasa. Di amplop yang dia berikan bertuliskan permohonan bantuan untuk biaya persalinan. Hmm.. Entah memang dia tidak pernah mendengar program jampersal (pada saat itu masih ada jampersal) atau maksudnya untuk biaya perawatan bayinya setelah persalinan. Atau hamilnya juga bohongan. Entahlah.

Musisi jalanan. Begitu mereka memperkenalkan diri kepada penumpang sebelum bernyanyi.
Mungkin bisa juga disebut artis jalanan. Pemain sinetron. Pemain sandiwara. Drama kehidupan. *eh*
Dengan peran2 yang mereka lakoni. Peran sebagai kakak beradik, ibu anak, anak sekolahan, ibu hamil, duda, janda, yatim piatu, dll. Mungkin.

Menjadi pengamen itu pilihan atau paksaan?
Ketika rasa nyaman dengan pekerjaan sudah didapatkan, penghasilan yang lumayan tanpa harus keluar banyak keringat dan tenaga, bahkan pekerjaan ini tidak memerlukan ijasah, itulah yang membuat mereka enggan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Pekerjaan yang lebih membawa manfaat untuk orang lain. *pilihan*
Atau mungkin ada juga yang ceritanya seperti di sinetron tv, bahwa ada seorang "boss" yang menyuruh mereka, mengawasi mereka, dan meminta setoran dari hasil mengamen mereka. Biasanya yang seperti ini adalah pengamen2 yang masih anak2. Istilahnya apa ya.. Emm. Mungkin mereka ini bisa disebut korban dari eksploitasi tenaga kerja di bawah umur. *paksaan*
Yaah, apapun itu, pasti mereka memiliki alasan masing2 yang harus kita hargai.

Saya yakin, kalau seseorang itu memiliki kemauan dan niat yang baik, insyaalloh pasti akan dimudahkan jalannya. 
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” (Ar Raad : 11).


Update Januari 2020 
Alhamdulillah Alloh memberikan hidayah kepada saya mengenai sebuah hadis tentang musik, lebih tepatnya tentang alat musik. Disitu dikatakan bahwa ternyata alat musik itu haram.

“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.” Jika dikatakan menghalalkan musik, berarti musik itu haram.
Hadits di atas dinilai shahih oleh banyak ulama, di antaranya adalah: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Istiqomah (1/294) dan Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan (1/259). Penilaian senada disampaikan An NawawiIbnu Rajab Al HambaliIbnu Hajar dan Asy Syaukani –rahimahumullah-.
sumber: https://rumaysho.com/372-saatnya-meninggalkan-musik.html

Sebenarnya sudah lamaa sekali saya mendengar adanya hadis ini.. tapi memang saat itu Alloh belum memberikan hidayah untuk menerima dan saya lebih mendahulukan akal dan logika saya. Terlebih, banyak sekali di televisi ustadz, ustadzah, dan penceramah yang masih bermusik, berdakwah dengan musik. Bersholawat dengan musik.
Lalu ada yang mengatakan, "hei, haram bila musiknya menimbulkan kejelekan, melalaikan sehingga lupa sholat, tidak ada waktu untuk mengaji, dll."
Benarkah seperti itu??
Musik, bagaimanapun bentuknya, bagaimanapun kemasannya, tetaplah haram. Walau nyanyiannya berlirik bagus dan mengajak kepada kebaikan, walaupun bersholawat.
Musiknya yang haram. Bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh alat musik yang haram.
Lirik yang bagus dan mengajak kebaikan boleh dinyanyikan, namun, nyanyinya tidak usah dengan diiringi alat musik. Bersholawatlah, bersholawatlah, namun tidak perlu diiringi alat musik.

Ketika engkau mengetahui adanya sesuatu yang telah diharamkan oleh Alloh, lalu engkau dengan akal dan logikamu berusaha untuk mencari pembenaran agar hal tersebut menjadi halal, sanggupkah engkau mempertanggungjawabkannya kelak??

Sungguh tidak akan ada ruginya untuk kita bila tidak ada bunyi-bunyian yang ditimbulkan alat musik yang haram tersebut.. Tidak ada ruginya meninggalkan yang haram.
Kalaupun memang ternyata halal, kita meninggalkan sesuatu yang halal tidak berdosa, tapi bila ternyata memang benar haram, kita akan berdosa karena melakukan sesuatu yang diharamkan.
Ayo mulai ganti musik yang setiap hari didengarkan dengan murotal Al-Qur'an. Ganti dengan mendengarkan kajian-kajian sunnah. Insyaalloh kebiasaan baik akan membawa kebaikan untuk kita. Semoga Alloh selalu memberikan hidayahnya untuk kita semua.
Semoga Alloh menetapkan hati kita dalam iman dan islam. Aamiin.

Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan sesuatu yang lebih baik.” (HR. Ahmad)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Numa Numa