Jaranan, Bukan Sekedar Mistik. #TuronggoLestariBudoyo


























Assalamualaikum..
Tiba-tiba kangen ngeblog.
Pengen cerita tentang kesenian yang ternyata sudah 2 tahun ini ada di desaku. Iya, desaku yang kucinta, pujaan hatiku. *halah*
Hihi..
Ceritanya, tanggal 3 Januari 2016 kemarin itu adalah hari peringatan ulang tahunnya salah satu kelompok seni jaranan yang ada di desaku ini. Ulang tahun yang ke-2. Hehehe..
Yeeeyy... Selamat ulang tahun... Selamat..
Barakalloh.. Jangan lupa sholat yaa, sehat selalu, tambah kreatif, tambah sukses, tambah banyak job, tambah banyak duitnya.*ehh*

Kelompok ini namanya Turonggo Lestari Budoyo.


















Sebenernya, belum sempat wawancara langsung tentang kelompok ini. Belum sempat nanya-nanya struktur organisasi dan sebagainya. Cuma ngerti kalau kelompok ini, kelompok seni tari jaranan di desa Banaran, kecamatan Kauman, kabupaten Tulungagung, yang lagi merayakan ulang tahun keduanya. Hehehe.
Insyaalloh postingan berikutnya bakal ulas lebih lengkap dari sumber bersangkutan tentang kelompok ini.

Acara peringatan ulang tahun ini dimulai sejak pagi sampai malam.
Pagi-pagi, lebih dari 100 barongan uda berbaris rapi, jalan-jalan muter-muter desa.


















Ganteng-ganteng ya..

Abang-abang ini hebat lho, kuat. Pasti sudah sarapan banyak-banyak sebelum muter.
Pas nyobain angkat kepala barongan ini, uwh, berat bang.. Berat..










Langsung bayangin gimana capeknya bawa kepala seberat ini muterin desa, kerukupan kain hitam menutupi dada.

Ehehehe.. Hei ladies... Abang-abang ini uda nutup aurotnya loh, malu kalo kita yg perempuan kalah nutupinnya.

Gak kalah keren, adek ini juga hebat.. Adek yang seteroong...

















Ngomong-ngomong soal barongan, tahu nggak, kalau barongan itu ada yang cewek juga ada yang cowok..
Hee.. Sangar gitu ada yang cewek??

Adaaa...
Yuk, kita cerita dulu tentang sejarahnya si tampang sangar ini..

Barongan merupakan salah satu kesenian asli Tulungagung. Selain memiliki nilai magis, barongan merupakan kesenian unik yang memiliki nilai keindahan. Ada dua jenis barongan, yaitu barongan raja dan barongan cakotan atau barongan kucingan atau barongan ratu. Mereka adalah penjelmaan dari raja dan ratu ular.
Barongan raja memiliki kuluk yang besar berisikan ragam hias mangkoro, sulur-suluran, nogo njegog, dan plisir yang memiliki makna bahwa barongan tersebut adalah raja dari sebuah hutan. Bentuk kepala barongan raja lebih panjang daripada bentuk kepala barongan ratu. Pada struktur muka barongan raja terdapat mata plelengan, berhidung bentulan, bermulut "mrenges" yang semua itu menggambarkan sosok buto atau raksasa. Selain itu juga terdapat alis, sungut, jenggot, kumis, dan taring yang menggambarkan sosok menakutkan dan kesangaran.













Barongan ratu memiliki kuluk lebih kecil, memiliki bentuk ragam hias dan makna yang sama dengan barongan raja. Bentuknya hampir sama dengan barongan raja, bedanya jengger pada barongan raja disebut telon sedangkan barongan ratu disebut sumpel (alusan). 













Ini bedanya..




















Barongan memiliki raut muka yang seram, mata membelalak bengis dan buas, hidung besar, gigi besar bertaring, serta gerak tariannya seolah-olah menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan mempunyai sifat adigang, adigung, adiguno. Menggambarkan sifat manusia yang semaunnya sendiri, gak kenal sopan santun, dan angkuh.

Jadi sebenarnya kesenian Jaranan ini gak hanya sebatas tarian-tarian, mistik, sesajen, kesurupan, namun bila kita pelajari dan pahami lebih dalam banyak sekali pesan-pesan moral serta nasehat dan ajaran tentang kehidupan di dalamnya.
Bahkan seni Jaranan ini juga dipakai oleh para ulama sebagai media dakwah, seperti halnya Sunan Kalijogo yang menyebarkan Islam atau dakwahnya melalui kesenian Wayang Kulit dan Dandang Gulo, beliau dan para ulama Jawa juga menyebarkan dakwahnya melalui kesenian-kesenian lain yang salah satunya adalah seni Jaranan.


Lalu, apa itu Jaranan Sentherewe??
Dinamain sentherewe ini kayaknya karena gerakan-gerakan tariannya agresif dan penuh energi.
Hihi.. Nanti deh ditanyain lagi ke sesepuhnya jaranan ini.

Selain barongan, karakter dalam seni tari jaranan ini adalah prajurit-prajurit berkuda.
Banyak cerita tentang prajurit-prajurit ini.
Ada yang menceritakan kalau mereka ini merupakan dukungan rakyat kepada  pasukan berkuda Pangeran Diponegoro untuk melawan Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan bahwa tarian kuda lumping menggambarkan tentang kisah perjuangan Raden Patah yang dibantu Sunan Kalijaga untuk melawan penjajah. Ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa tarian ini mengisahkan tentang latihan perang prajurit Mataram yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi Belanda.
Cerita tentang Dewi Sangga Langit dari Kediri yang mengadakan sayembara untuk mencari jodoh juga diceritakan sebagai sejarah dari jaranan.
Hehehe..

Kenapa kuda?
Kuda menggambarkan sifat keperkasaan yang penuh semangat, pantang menyerah, berani, dan selalu siap dalam kondisi serta keadaan apapun.
Kuda yang dipakai oleh prajurit-prajurit ini dibuat dari anyaman bambu. Pernah kepikiran gak, kenapa kudanya dibuat dari bambu? Kok gak pakai kayu, plastik, besi?

Bambu ini ada filosofinya..
Bambu memiliki akar yang kuat dan tumbuh menjulang ke langit. Pohon bambu juga mengajari kita soal fleksibilitas. Kita jarang menyaksikan bambu roboh. Di tengah tumbangnya pohon-pohon lain akibat serangan angin puting beliung, bambu tetap tegar berdiri.  
Bambu mengajarkan kita sikap hidup yang berpijak pada keteguhan hati dalam menjalani hidup walau penuh cobaan dan tantangan.

Kuda yang dibuat dengan cara dianyam juga memiliki makna. Dalam kehidupan ada kalannya kita merasa sedih, susah, dan senang. Sama seperti anyaman bambu, kadang diselipkan ke atas, kadang diselipkan ke bawah, kadang ke kanan, juga ke kiri. Ojo dumeh lah yaa... Semua yang terjadi dalam kehidupan kita sudah ditakdirkan oleh Alloh, tergantung apakah kita mampu atau gak menjalani takdir kehidupan yang telah digariskanNya.

Uwwhh.. Dalam banget kan..


Satu lagi karakter dalam seni jaranan, yaitu celeng atau babi hutan.
Karakter ini memiliki gaya tari yang sludar-sludur, lari kesana kemari, dan memakan dengan rakus apa saja yang ada dihadapanya tanpa peduli bahwa makanan itu milik atau hak siapa, yang penting kenyang danpuas. Sifat manusia yang rakus diibaratkan seperti celeng atau babi hutan. Sifat koruptor mungkin ya.. Hihi.
Naudzubillahi mindzalik....

Maka mintalah perlindungan kepada Alloh. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Al-Mu`min: 56).

Yaak...
Selamat datang di desa Banaran.
Selamat menikmati kesenian jaranan Tulungagung.

Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh...


Sumber:
foto dokumentasi Ressania
https://id.wikipedia.org/wiki/Jaranan
http://waroenkcyber.blogspot.co.id/2013/12/filosofi-bambu-dan-segala-kebaikanya_8.html
http://www.pekalongankab.go.id/informasi/artikel/sosial-budaya/4920-kuda-lumping-jaranan.html
Sandhimukti, Dhimas Ageng. 2014. Analisis Visual Topeng Barongan Pada Jaranan Sentherewe di Tulungagung. Skripsi, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.

Komentar


  1. jaranan blitar live: https://www.youtube.com/channel/UCkOe4YeoBSeUIGnL7bv5tng/videos?shelf_id=0&view=0&sort=dd

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Numa Numa